Gubernur Ganjar: Tunjukkan Pemilu Pesta Demokrasi Gembira

By Abdi Satria


nusakini.com-Semarang – Salah satu cara membuat Pemilu Presiden (Pilpres) mendatang bermartabat, adalah berkurangnya caci maki antar pendukung dua pasangan calon (paslon). Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pun menantang pemuda untuk memamerkan kebaikan dan prestasi masing-masing paslon presiden. 

Ganjar mengatakan, kekuatan pemuda dalam pembangunan bangsa saat ini sangat besar, khususnya dalam hal inovasi dan kecepatan adaptasi dengan perkembangan zaman. Dalam dunia teknologi misalnya, kemampuan pemuda sangat kentara. Kemampuan tersebut diharapkan juga dimanfaatkan untuk kepentingan pesta demokrasi. 

“Yuk kita kampanyekan pertemuan-pertemuan langsung melalui medsos atau media mainstream, agar semua paham tahapan pemilu,” katanya di hadapan para kawula muda yang hadir di acara “Konser Musik Pemilih Berdaulat Negara Kuat” di halaman Wonderia Jalan Sriwijaya, yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jateng, Sabtu (30/3) lalu.

Gubernur menekankan, kemampuan berselancar pemuda di media sosial harus disebarkan dengan spirit-spirit positif. 

“Hentikan perdebatan tidak bermutu, hentikan caci maki. Tunjukkan besok itu pesta demokrasi yang menggembirakan, tunjukkan bahwa dua pasangan calon presiden dan wakil presiden kita itu adalah orang-orang yang baik,” paparnya. 

Selain itu, Ganjar menggaris bawahi terkait cara menghadapi godaan-godaan menjelang pesta demokrasi mendatang. Pemuda harus jadi garda terdepan untuk menciptakan pesta demokrasi yang bermartabat. Politik uang misalnya, pemuda wajib menjadi agen penghalau hal yang merusak pesta demokrasi itu. 

“Ada adagium ‘terima uangnya jangan pilih orangnya.’ Itu adalah bentuk inkonsistensi. Tetap kita tunjukkan jika ada yang mau ngasih uang, maaf saya tidak menerima, saya sudah mantap dengan pilihan saya,” tegas mantan anggota DPR RI ini. 

Ketua KPU Jateng, Yulianto Sudrajat mengatakan, mendekati kawula muda atau kaum milenial negeri ini untuk berperan serta dalam dunia politik, memang bukan perkara mudah. Diperlukan akselerasi yang tepat dan kreatif agar tingkat apatisme pemuda terhadap politik semakin berkurang. Berdasarkan pertimbangan hal itu, pihaknya memilih konser musik sebagai salah satu cara untuk mendekati para pemuda. 

“Kami berharap, sosialisasi dengan bahasa musik ini mampu merasuk ke sanubari temen-temen milenial. Karena ini bahasa yang universal. Kami tidak henti-hentinya mengajak masyarakat, ayo bersama mengawal pesta demokrasi ini. Beda pilihan tidak apa-apa, tapi persaudaraan dan persatuan bangsa ini yang utama,” bebernya.(p/ab)